Beritaharianpemalang.com - WIPPAS (Wisata Pangeran Purbaya Surajaya) nama obyek wisata yang tidak asing bagi masyarakat Pemalang dan Masyarakat dari Jawa Barat khususnya Kabupaten Cirebon.
Obyek WIPPAS terletak di Desa Surajaya Kecamatan/Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, adalah salah satu destinasi wisata baru di Kabupaten Pemalang yang lahir dari legenda pertempuran antara Putra Panembahan Senopati Mataram (Sutawijaya - Raja Mataram Islam Pertama) yang bernama Pangeran Purbaya atau Jaka Umbaran melawan salah satu Pangeran dari Cirebom yaitu Pangeran Salingsingan.
Sebagai obyek wisata baru, Wippas tidak pernah sepi dari pengunjung, dengan menyajikan panoram alam yang masih perawan seperti hutan yang dilindungi sebagai cagar alam, wisata-wisata legenda lainnya seperti telaga, monyet yang sewaktu-waktu bisa diajak bercengkerama dengan pengunjung juga di situ berbaring dua jenazah tokoh penting pada zamannya yaitu Pangeran Purbaya (Putra Penembahan Senopati dari Raja Mataram Islam pertama) dan makam Pangeran Salingsingan dari Cirebon.
Dikisahkan oleh Supardo pemandu WIPPAS, Pangeran Purbaya adalah putra dari Danang Sutawijaya atau yang lebih dikenal dengan nama Panembahan Senopati (pendiri kerajaan Mataram Islam). Nama asli dari Pangeran Purbaya adalah Jaka Umbaran yang lahir dari istri sirinya bernama Roro Rembayung putri Ki Ageng Giring.
Konon dikisahkan Ki Ageng Giring mendapat wangsit barang siapa yang menemukan dan meminum air kelapa muda muda (dawegan/degan) yang memiliki kekuatan gaib jika airnya diminum habis dalam sekali teguk, maka yang meminumnya anak dan keturunannya akan menjadi raja-raja di Tanah Jawa.
Takdir berbicara lain, Kelapa tersebut diminum oleh Ki Ageng Pemanahan secara kebetulan.
"Ki Ageng Pemanahan bertamu ke rumah Ki Ageng Giring dan perlu diketahu hubungan persahabatan mereka sudah seperti saudara kandungnya sehingga ketika Ki Ageng Pemanahan silaturahmi ke rumah Ke Ageng Ki Giring juga seperti di rumahnya sendiri sehingga ketika di rumah tersebut mendapati ada kelapa hijau yang sangat segar tanpa pamit dengan yang punya, air kelapa itu ditenggak habis oleh ki Ageng Pemanahan,"Cerita Supardo.
Selang beberapa sa'at kemudian ki Ageng Giring baru mengetahui kalau air kelapa tersebut sudah habis ditenggak habis oleh Ki Ageng Pemanahan namun demikian tidak lah marah namun wajahnya menjadi murung dan hal tersebut mengundang tanda tanya ki Ageng Pemanahan, Ki Ageng Giringpun berucap kepada sahabat dengan nada lirih.
"Degan yang Ki Ageng Pamanahan minum adalah bukan sembarangan degan, karena memperolehnya dengan lelaku spritual yang penuh rintangan sehingga memperoleh wangsit dari lelaku tersebut sebuah kekuatan trah adi luhung yaitu barang siapa yang meminum air kelapa muda tersebut sampai habis dalam sekali teguk maka anak dan keturunannnya akan menjadi raja-raja Jawa ,"ujar Ki Ageng Giring.
,"Namun itu semua tidak lepas dari taqdir Tuhan Yang Maha Kuasa kini Air Kelapa tersebut yang meminum adalah Ki Ageng Pemanahan ,"lanjut Ki Ageng Giring.
Ki Ageng Pemanahan menjadi sedih karena tidak tahu tentang hal ikhwal wangsit kelapa muda, yang ada dibenaknya sa'at itu adalah sedang kehausan dan mendapati di rumah sahabatnya ada kelapa hijau terus diminumnya," Ki Ageng Giring saya mengaku bersalah, meminum air kelapa muda tidak pamit kepada yang punya, seperti ki Ageng Giring katakan ini adalah taqdir dan sebagai penebusnya akan saya nikah anak Sutawijaya yang juga anak angkat Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir) dengan putri ki Ageng Giring yang bernama Roro Rembayung,"Jawab Ki Ageng Pemanahan.
Dalam keadaan Roro Rembayung hamil, Sutawijaya melanjutkan pengembaraannya.
Rara Rembayung kemudian melahirkan bayi laki-laki yang tampan persis seperti ayahnya Danang Sutawijaya dan diberi nama Jaka Umbaran yang mempunyai arti Jaka berarti: seorang ksatria laki-laki dan Umbaran yang berasal dari kata umbar atau diumbar, dijor atauditelantarkan jadi JAKA UMBARAN adalah seorang satria yang ditelantarkan oleh ayahnda yaitu Panembahan Senopati.
Seiring berjalannya waktu, pemuda Jaka Umbaran tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan tampan serta mempunyai kesaktian yang mumpuni berkat didikan sang kakek yaitu ki Ageng Giring.
Layaknya seoramg anak, Jaka Umbaranpun ingin mengetahui siapakah yang mengukir jiwa raganya hal tersebut berkali-kali ditanyakan baik ke Kakeknya maupun ke ibundanya Rara Rembayung.
"Melihat ananda sudah cukup dewasa maka kakek dan ibunda tidak bisa merahasiakan lagi siapa ayahnda mu ngger Jaka Umbaran," kata Rara Rembayung di suatu hari.
Dilanjutkan oleh sang bunda, ayahnda mu adalah Danang Sutawijaya yang bergelar Panembahan Senopati dan sekarang bertahta menjadi Raja Mataram.
Antara sedih, percaya dan tidak percaya Jaka Umbaran tanpa sepengetahuan bundadan kakeknya ia mengembara dengan tujuan ke kerajaam Mataram dengan satu tujuan yaitu membuktikan ucapan sang ibu sebagai anak raja Mataram.
Tidak percuma tempaan ilmu yang diberikan sang kakek, dengan kesaktian yang dimilikinya akhirnya Jaka Umbaran berhasil setiap ujian yang digelar oleh Panembahan Senopati sehingga diakui sebagai putra raja Mataram dan diberi gelar Pangeran Purbaya.
Selanjutnya Pangeran Purbaya diberi tugas oleh ayahnda Panembahan Senopati untuk membantu pemerintahan di Kadipaten Pemalang yang pada waktu itu dipimpin oleh pamannya yaitu Pangeran Benowo (Pangeran Benowo adalah putra kandung Sultan Hadiwijaya alias Joko Tingkir, Raja Pajang, sedangkan Danang Sutawijaya alias Panembahan Senopati adalah Putra angkat Raja Pajang Sultan Hadiwijaya jadi keduanya adalah kakak beradik ) dan Pangeran Purbaya memilih bertempat tinggal di wilayah yang sekarang dinamakan Desa Surajaya.
Nama Surajaya itu sendiri muncul setelah terjadi pertempuran yang sangat dengan mengadu kesaktian antar Pangeran Purbaya melawan Pangeran Salingsingan dari Cirebon.
Dikisahkah oleh Supardo, kata Surajaya berasal dari sebuah legenda, pertempuran hidup dan mati antara Pangeran Purbaya dengan Pangeran Selingsingan dari Cirebon. Keduanya diadu domba oleh kompeni (VOC) dengan Politik de vide er impera agar antara kerajaan Mataram (walaupun Pemalang bukan kekuasaan Mataram tapi yang diadu adalah putra raja Mataram )dengan harapan kerajaan Cirebon dan Kerajaan Mataram akan saling bermusuhan.
Dalam pertarungan adu kesaktian mengambil tempat di sebelah selatah selatan ibu kota kadipaten Pemalang tepatnya daerah yang masih lebat ditumbuhi kayu jatu kini wilayah tersebut menjadi wilayah perhutani di Desa Surajaya bahkan komplek hutan pesarean Kedua tokoh tersebut ditetapkan sebagai cagar budaya.
Dalam pertempuram, keduanya sama-sama sakti sehinggi tidak ada yang dan tidak ada yang kalah padahal sudah memakan waktu tujuh hari tujuh malam tanpa henti, kemudian mereka sepakat untuk istirahat begitu sudah segar kondisi badannya pertempuran dilanjutkan lagi sehingg berlangsung sampai berbulan-bulan dan mereka tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang, bahkan tidak ada yang mengalah dan tidak ada merasa menang.
Sampai pada akhirnya keduanya sama-sama kelelahan.
"Pertempuran antara kedua Pangeran dari Mataram dan dari Cirebon barua berakhir setelah keduanya kehabisan tenaga dan beristirahat berdampingan, akhirnya keduanya meninggal dunia dan dimakamkan secara berdampingan"lanjut Supardo.
Terkait dengan legenda yang dikisahkan oleh Supardo akhir lokasi yang diyang dipergunakan sebagai pertempuran aduk kesaktian antara Pangeran Surajaya melawan Pangeran Salingsingan di kemudian hari diberi nama SURAJAYA yang mempunyai arti : SURA itu WANI/BERANI dan JAYA adalah MENANG jadi Surajaya mempunyai arti : ,"Sama-sama Berani dan Sama-Sama Menang,"
Melihat sejarah dan legenda tersebut maka tidaklah heran ketika pada hari-hari tertenju juga banyak kerabat dari Cirebon yang berziarah ke Wisata Pangeran Purbaya Surajaya karean di sana ada Makam kakek Buyutnya yaitu Pengeran Salingsingan.
Sementara itu kepala Desa Surajaya, Wasno ketika diwawancarai terkait dengan destinasi Wisata WIPPAS mengatakan, destinasi wippas bisa mengangkat nama Desa Surajaya pada khususnya dan Kabupatem Pemalang pada umumnya dengan demikian akan berimbas terhadap meningkatkannya perekonomian masyarakat Desa Surajaya apalagi pengelolaan wippas diserahkan Ke BumDes Surajaya sehingga bisa menjadi PADes Surajaya.
"Kami berharap ada suport yang luar biasa untuk WIPPAS Surajaya baik dari Pemerintah Kabupaten Pemalang maupun dari Provinsi Jawa Tengah, syukur-skukur bisa mendapatkan bantuan dari pemerintahan pusat untuk pengembangannya",pungkas Wasno.
- Penulis : Joko Longkeyang
0 Komentar